Jumat, 06 Juni 2025

CANDI ARJUNA

 Candi Arjuna 

Candi Arjuna
Candi Arjuna adalah sebuah bangunan candi Hindu yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia. Candi Arjuna Masuk dalam Kawasan Wisata Kompleks Candi Arjuna yang meliputi, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan. Kompleks Candi Arjuna, Kompleks Candi Terbesar di Dieng.

Candi Arjuna diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi, candi ini dibangun untuk persembahyangan bagi umat Hindu dimasa Mataram Kuno wangsa Sanjaya. Percandian di Dieng merupakan bukti penyebaran agama Hindu tertua di jawa. Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua di Jawa. Hal ini ditunjukkan dengan penemuan salah satu prasasti di sekitar Candi Arjuna. Dimana dalam prasasti tersebut tertulis tahun 731 Caka atau sekitar tahun 808 Masehi dengan menggunakan aksara Jawa Kuno.

Sejarah pembangunan candi Arjuna masih belum bisa dipastikan secara detail, karena sangat minimnya sumber – sumber valid yang menjelaskan mengenai asal mula dari candi arjuna ini. Sejarah Candi Arjuna diawali dengan penemuan sebuah prasasti yang berangka tahun 731 Caka atau tahun 808 Masehi. Prasasti tersebut merupakan prasasti tertua dengan tulisan Jawa Kuno. Dari situ, para ilmuwan menyimpulkan bahwa Candi Arjuna dibangun pada pemerintahan raja-raja Wangsa Sanjaya. Di sekitar kawasan candi arjuna juga ditemukan arca dewa Syiwa yang saat ini di simpan di Museum Nasional Jakarta.

Kompleks candi di Dieng terutama candi Arjuna ditemukan pertama kali pada abad ke 19 tepatnya di tahun 1814. Dimana ditemukan oleh seorang tentara Belanda yang bernama Thedorf Van Elf. Ketika itu, candi Arjuna masih tergenang air saat Elf menemukanya. Kemudian baru 40 tahun kemudian upaya pemeliharaan candi Arjuna di lakukan, Pemeliharaan ini dimulai dengan mengeringkan air telaga di dieng oleh HC Cornelius yang berkebangsaan inggris, tepatnya pada tahun 1856. Kemudian dilanjutkan lagi oleh J Van Kirnsberg yang berkebangsaan Belanda dengan dibantu oleh pemerintahan Hindia-Belanda saat itu. Setelah upaya pengeringan telaga dan juga pembersihan selesai, Kemudian Van Kirnsberg mengambil beberapa gambar dan juga catatan mengenai candi Arjuna pada awal penemuan.

Arsitektur Candi
Pada dasarnya candi-candi yang terdapat di kompleks candi arjuna memiliki banyak kemiripan, kecuali candi Semar yang memang diperkirakan sebagai candi perwara dari candi arjuna. Sebelum membahas mengenai arsitektur dari candi Arjuna, ada beberapa istilah yang biasa digunakan dalam arsitektur candi, diantaranya sebagai berikut: 
1. Penil, Bentuk Ornamen yang digunakan pegangan yang biasanya terdapat di tangga. 
2. Kala, merupakan makhluk raksasa dengan mata melotot dan juga taring atau juga disebut buto dalam kepercayaan jawa. Ukiran kala di candi biasanya hanya sebatas rahang atas hingga ke atas. 
3. Makara, merupakan binatang-binatang mitos dalam agama hindu 
4. Jalamatra, merupakan saluran air yang berfungsi untuk mengalirkan air yang berada di dalam candi menuju luar candi. 
5. Istadewata, bagian candi dimana dipercaya sebagai jalan masuk dari Sang dewa, terletak di bagian atas candi 
6. Antefik, Ornamen candi yang berada di bagian ujung dari setiap sisi/ujung candi
7. Diksa, Jalur peribadatan yang digunakan untuk mengelilingi candi sebelum memasuki candi utama.
8. Batur, Alas candi dimana biasanya bagian pintu candi terletak lebih tinggi daripada tanah. Dan bagian paling bawah dari candi biasa disebut batur 
9. Bilik Penampil, Bagian yang sedikit menjorok dibandingkan dengan dinding lainya, biasnya terdapat pada pintu ataupun jendela

Arsitektur Bagian depan Candi Arjuna
Candi Arjuna berdenah bujur sangkar berukuran 6×6 m. Candi ini menghadap kearah barat. Candi ini termasuk dalam Kompleks Candi Arjuna, dimana di dalam kompleks candi ini ada 5 candi, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi didirikan di atas fondasi berupa tanah lembut semacam gambut. Fondasi disini maksudnya pemadatan tanah di bawah candi, untuk memperkuat tanah sebelum didirikan candi. Candi Arjuna menghadap ke Barat dimana terdapat tangga menuju pintu masuk candi yang berada di bagian barat candi. Terdapat 8 anak tangga menuju bagian pintu candi dimana di pinggir tangga terdapat penil dengan ujung berkepala naga. Bagian pintu candi terdapat bilik penampil selebar 1 meter. Diatas pintu terdapat ukiran kalamakara. Dan di bagian atap dari ruang penampil berbentuk lancip seperti rumah limas an pada umumnya. Disamping ruang penampil terdapat bilik penampil yang berada di kedua sisi bagian depan candi. Dimana biasanya diletakkan arca dibagian bilik penampil. Namun saat ini arca-arca tersebut sudah tidak ada. Arca-arca di Candi Arjuna dipindahkan di museum kalilasa, yang berada tidak jauh dari komplesk candi Arjuna.

Diatas bilik penampil juga terdapat ukiran kalamakara tanpa rahang yang terlihat melotot. Dibagian samping bilik penampil terdapat bingkai dengan ukiran bunga kertas khas india, sedangkan pada bagian bawah bingkai terdapat ukiran kepala naga. Di bagian utara, timur dan selatan dinding candi terdapat relung yang biasanya digunakan untuk menaruh arca. Namun saat ini arca-arca tersebut juga sudah tidak ada. Diatas relung ini juga teradapat ukiran kalamakara. Serta di bagian sekitar relung teradapat bingkai yang menglilingi relung. Bagian samping relung terdapat ukiran berbentuk bunga kertas. Sedangakna dibagian bawah relung dibingkai dengan ukiran naga dengan mulut menganga. Sedangakan dibawah relung, terdapat jalawara yang terletak di tengah bagian bawah candi Arjuna.

Seperti lazimnya Candi-candi Klasik Tua, kaki candi dihias dengan perbingkaian, demikian pula bagian bawah tubuh candi. Namun Candi Arjuna dan Candi-candi Dieng lainnya tidak memiliki bingkai bulat (kumuda), hanya bingkai rata dan bingkai padma (sisi genta). Dinding tubuh Candi Arjuna dihias oleh 3 relung pada 3 sisinya yang sekarang telah kosong tidak ada arcanya. Bagian atas relung masing-masing relung dihias dengan ragam hias kepala kala tanpa dagu, dan dihubungkan dengan sepasang makara oleh bingkai relung. Pintu candi di sebelah barat, dengan hiasan ragam hias kepala kala pula, dan dihubungkan oleh bingkai pintu dan pipi tangga ke sepasang makara yang di hias oleh burung kakaktua di mulutnya yang menganga. Pintu masuk candi serta relug-relugnya dihiasi oleh Kala Makara.

Bangunan candi terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, kaki candi (Bhurloka), bagian tubuh candi (Bhurwaloka), dan bagian atap candi (Swarloka). Pada tubuh candi tercapat 5 relug. Dua relug terdapat di bagian barat (di kanan dan kiri pintu masuk candi). Serta masing masing satu pada bagian, selatan, utara, dan timur. Dibawah relug terdapat lapik arca, ini menunjukan bahwa dulu arca dewa dan dewi terdapat di dalam relug-relug ini, namun sekarang arca-arca ini sudah tidak ada lagi.

Di bagian utara candi dibawah relug terdapat sebuah saluran air yang berfungsi mengalirkan air dari cerat yoni, sehingga dahulu masyarakat yang melakukan pemujaan diluar candi (kasta selain brahmana) bias menerima air suci tersebut. Saluran ini disebut Jalamatra.

Arsitektur Bagian atap candi Arjuna
Atap candi Arjuna memiliki bentuk seperti pyramid dengan membentuk kerucut tetapi lebih tinggi. Dan semaik ke atas memiliki ukuran semaikin kecil. Terdapat 3 tingkat dimana setiap tingkat memiliki bilik penampil dengan ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan dengan bilik penampil di bagian dinding candi. Semakin keatas bilik penampil juga semakin kecil yang berada tepat di tengah-tengah setiap sisi candi. Disetiap sudut bagian atap candi terdapat hiasan yang memiliki bentuk mahkota bulat dengan ujung runcing. Namun, saat ini hiasan disetiap ujung atap banyak yang sudah rusak. Atap candi terdiri dari tiga lapis (bhumi), ukurannya makin ke atas makin kecil dan di akhiri oleh puncak yang mungkin berbentuk buah keben (ratna). Kemungkinan ini di ajukan setelah melihat hiasan pada sudut-sudut lapisan atap berbentuk replika candi. Kepastian bentuk tidak dapat diajukan, karena atap telah rusak. Puncak candi bukan stupika (dagoba), karena Candi Arjuna dan Candi Dieng secara keseluruhan bersifat agama Siwa, dan bukan bersifat agama Buddha. Bentuk atap Candi Arjuna mirip dengan atap candi gaya India Selatan (gaya Dravida).

Arsitektur Bagian dalam candi Arjuna
Di bagian dalam candi candi arjuna terdapat ruang untuk menaruh sesaji, atau yang biasa disebut dengan yoni. Yoni tersebut berbentuk segi emapt dengan bentuk mirip seperti meja dimana dibagian atas lebih menjorok keluar. Di bagian atas terdapat lubang yang juga berbentuk segi empat dimana lubang ini berfungsi untuk menampug air dari atap candi. Apabila air di lubang ini sudah penuh, air akan mengalir melalui jalur yang sudah disediakan yang dialirkan menuju bagian lingga yang kemudian dialirkan menuju bagian luar candi.

Pada tahun 1924 seorang arkeolog Belanda pernah meneliti Candi Arjuna, dan menurut pendapatnya, ukuran dan bagian-bagian Candi Arjuna jelas mengikuti aturan Vastusastra. Ragam hias sangat sederhana, atap candi dipenuhi dengan ragam hias antefiks (simbar), dan hiasan Kala-makara pada pintu candi dan ketiga relung pada badan candi. Bingkai pintu ini pada bagian bawah dihubungkan dengan pipi tangga yang melengkung pada kiri kanan tangga masuk. Ruangan tengah (garbhagrha) telah kosong, dahulunya mungkin diisi arca Siwa yang mungkin sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta. Yoni lapik arcanya sekarang masih ada di dalam ruangan. Hal ini juga menunjukan bahwa Candi Arjuna adalah salah satu candi yang paling awal dibangun, karena corak arsitekturnya masih banyak terpengaruh dari daerah asal Umat Hindu yaitu India.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEJARAH DAWET AYU

 Sejarah Dawet Ayu  Dawet Ayu adalah minuman khas dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Minuman ini mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional dan...