Sejarah Dawet Ayu
Dawet Ayu adalah minuman khas dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Minuman ini mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional dan di pinggir-pinggir jalan. Es Dawet Ayu asli Banjarnegara rasanya lezat dan segar, sehingga sangat cocok diminum ketika cuaca panas. Dawet Ayu dapat diminum dalam keadaan biasa maupun dingin (dikasih es batu). Rasanya yang segar dan nikmat itulah yang merupakan keistimewaan dan keunikan tersendiri sebagai minuman tradisional khas Banjarnegara.
Di Banjarnegara sendiri, minuman khas ini banyak dijual di pasar-pasar serta di pinggir jalan raya dan di perumahan. Mereka biasanya berjualan hampir setiap hari. Penjual biasanya menggunakan gerobak dengan cara dipikul. Pikulan tersebut dinamakan angkringan dawet ayu atau angdayu. Pada pikulan gerobak tersebut terdapat dua tokoh pewayangan, yaitu Semar dan Gareng. Inilah yang menjadi keunikan sekaligus ciri khas dari Dawet Ayu yang dikenal berasal dari Banjarnegara. Adapun filosofi dari tokoh Semar dan Gareng. Semar itu berarti tidak samar. Selain itu Semar ini juga melambangkan kemakmuran yakni dengan minum dawet ayu rasa haus hilang dan kesegaran pun akan terasa. Sedangkan Gareng yang berarti mareng atau bisa diartikan terang. Melalui lambang Gareng ini penjual berharap agar cuaca selalu terang sehingga dawet ayu yang dijualnya bisa laris.
Dawet Ayu merupakan salah satu maskot Kota Banjarnegara, hal itu terbukti dengan adanya Monumen Dawet Ayu yang berupa gerobak beserta dua orang penjualnya di alun-alun Kota Banjarnegara. Sejarah Dawet Ayu Banjarnegara ini sudah ada sejak tahun 1980. Asal usul Dawet Ayu Banjarnegara berdasarkan cerita tutur turun temurun, ada sebuah keluarga yang berjualan dawet sejak awal abad ke-20. Nama dawet ayu muncul dari pedagang yang bernama Munardjo. Istrinya begitu cantik sehingga dawetnya disebut sebagai dawet ayu. Hingga saat ini dawet ayu Pak Munardjo masih berjualan dan sekarang di tangan generasi ketiga.
Lalu yang menjadikan Dawet Ayu ini terkenal, berawal dari lagu yang diciptakan seniman Banjarnegara bernama Bono yang berjudul "Dawet Ayu Banjarnegara". Pada tahun 1980-an lagu ini dipopulerkan kembali oleh Grup Seni Calung dan Lawak Banyumas Peang Penjol yang terkenal di karesidenan Banyumas pada era 1970-1980-an. Grup lawak dan lagu itulah yang salah satunya ikut andil dalam mempopulerkan Dawet Ayu hingga ke berbagai daerah.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini Dawet Ayu tidak hanya dijumpai di Banjarnegara saja tetapi dapat dijumpai pula di kota-kota lain. Sehingga tidak heran jika sekarang Dawet Ayu sudah ditemui di daerah-daerah luar Banjarnegara serta sudah bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat negeri ini. Penjualnya memang belum tentu dari Banjarnegara, tetapi namanya tetap dawet ayu khas Banjarnegara. Namun tetap ada perbedaan dari dawet ayu yang asli dengan dawet ayu yang biasa. Untuk dawet ayu yang asli mereka menggunakan gula asli/ murni dari petani, sedangkan untuk Dawet Ayu biasa mereka menggunakan gula sajuran/campuran. Selain itu, dawet ayu asli menggunakan pandan sebagai pewarna sedangkan dawet ayu yang biasa menggunakan pewarna buatan atau pasta pandan. Ada juga dari santannya. Jika dawet ayu yang biasa menggunakan santan sekaligus yang mereka buat dari rumah dan dibawa ke tempatnya menjual, sedangkan dawet ayu asli Banjarnegara mereka membuat santan dengan sedikit-sedikit langsung tempat menjual sehingga membuat santan tetap segar.
Sebagai tambahan informasi, Dawet Ayu Banjarnegara pernah mendapatkan dua piala penghargaan pada acara Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020. Dawet Ayu Banjarnegara ditetapkan sebagai ‘Minuman Tradisional Terpopuler’ meraih Juara 1 pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020 sekaligus sebagai minuman terfavorit pilihan masyarakat Indonesia pada Minggu 23 Mei 2021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar